A. Riwayat hidup
Thomas Hobbes (1588-1679) dilahirkan di Malmesbury, sebuah kota kecil yang berjarak 25 kilometer dari London.[1] Ia dilahirkan pada tanggal 15 April 1588.[5] Ketika Hobbes dilahirkan, armada Spanyol sedang menyerbu Inggris.[6] Ayah Hobbes adalah seorang pendeta di Westport, bagian dari Malmesbury.[7] Ayahnya bermasalah dengan pihak gereja sehingga melarikan diri dari kota tersebut dan meninggalkan Hobbes untuk diasuh oleh pamannya.[7]
Pada tahun 1603-1608, Hobbes belajar di Magdalen Hall, Oxford pada usia 14 tahun.[1] Menurut kesaksian pribadi Hobbes, ia tidak menyukai pelajaran fisika dan logika Aristoteles.[5] Ia lebih suka membaca mengenai eksplorasi terhadap penemuan tanah-tanah baru serta mempelajari peta-peta bumi dan bintang-bintang.[5] Karena itulah, astronomi adalah bidang sains yang mendapat perhatian dari Hobbes, dan terus digeluti oleh Hobbes.[5] Kemudian pada masa kemudian, Hobbes juga menyesali karena ia tidak mempelajari matematika saat menempuh pendidikan di Oxford.[5]
Pada tahun 1614-1615, Hobbes dan William melakukan perjalanan ke Perancis dan Italia, di mana keduanya mempelajari bahasa Italia.[5] Sepulangnya ke Inggris pada tahun 1616, Cavendish berhubungan dengan Francis Bacon dan Hobbes sempat melakukan beberapa pekerjaan sekretariat untuk Bacon.[5] Bersama dengan William, Hobbes berkenalan dengan dunia politik, baik dalam pemikiran maupun praktik.[5] William pada tahun 1614 dan 1621 merupakan anggota parlemen sehingga Hobbes dipastikan turut serta dalam sidang-sidang parlemen.[5]
William Cavendish meninggal pada tahun 1628, dan saat itu Hobbes telah menyelesaikan terjemahan dari Thucydides.[5] Karya Hobbes tersebut merupakan karya ilmiah yang berharga sebab merupakan karya pertama yang merupakan terjemahan bahasa Inggris langsung dari bahasa Yunani.[5] Selain itu, di dalamnya terdapat peta dari dunia Yunani kuno yang dikumpulkan dari banyak sumber dan digambar oleh Hobbes sendiri.[5] Di dalam karya tersebut, Hobbes memperlihatkan sikapnya yang pro terhadap monarki Inggris dan tidak begitu menyukai sistem demokrasi.[5] Di dalam oto-biografinya, Hobbes mengatakan bahwa Thucydides adalah sejarawan favoritnya sebab "ia memperlihatkan betapa tidak kompetennya sistem demokrasi".[5]
Setelah kematian William, Hobbes berhenti dari pekerjaannya di keluarga Cavendish selama dua tahun.[5] Pada waktu tersebut. ia bekerja lagi sebagai guru dari anak bangsawan.[5] Pada tahun 1629 hingga 1630, Hobbes dan muridnya melakukan perjalanan ke Perancis dan Swiss.[5] Di Jenewa, selama bulan April hingga Juni tahun 1630, Hobbes mulai membaca buku Eukleides yang berjudul "Elemen-Elemen" dan tertarik atas metode deduktif Eukleides.[5]
Setelah kembali ke Inggris, pada tahun 1631, Hobbes kembali bekerja pada keluarga Cavendish untuk menjadi guru dari anak William.[5] Pada waktu inilah, Hobbes menghabiskan waktu untuk mempelajari matematika dan bidang-bidang sains lainnya.[5]
Periode 1630-an adalah tahun-tahun yang penting di dalam perkembangan intelektual Hobbes.[5] Di periode inilah perhatian Hobbes terhadap sains, khususnya optik, mulai berkembang.[5] Selain itu, pemikiran filsafat politik Hobbes juga mulai berkembang, sebagaimana terlihat dari buku "Elemen-Elemen Hukum" yang dikeluarkannya pada akhir dekade 1630-an.[5]
Pada tahun 1634, Hobbes dan muridnya kembali melakukan perjalanan ke Eropa Daratan, yakni Perancis dan Italia.[5] Perjalanan tersebut memberi pengaruh besar terhadap perkembangan intelektual Hobbes sebab ia berkenalan dengan ilmuwan dan matematikawan dari Perancis.[5] Di dalam oto-biografinya, Hobbes mengatakan bahwa ia telah mempelajari prinsip-prinsip dari ilmu alam di Perancis.[5]
Setelah Hobbes kembali ke Inggris pada bulan Oktober 1636, ia banyak menggunakan waktunya untuk karya-karya filsafat.[5] Hal tersebut dikarenakan muridnya sudah mulai dewasa sehingga Hobbes memiliki banyak waktu luang.[5] Salah satu karya sains-filsafat Hobbes yang paling awal adalah sebuah manuskrip tentang optik yang berjudul "Latin Optical MS".[5] Karya tersebut telah selesai dikerjakan pada tahun 1640.[5] Hobbes juga menulis manuskrip lain tentang metafisika dan epistemologi.[5]
Pekerjaan Hobbes dalam bidang sains dan metafisika terhenti pada akhir dekade 1630-an karena situasi politik.[5] Pada tahun 1637, kekuasaan absolut Raja Charles I mulai dipersoalkan.[5] Hobbes memperlihatkan dukungan kepada raja dengan mendedikasikan buku "Elemen-Elemen Hukum" untuk menjawab persoalan kekuasaan absolut.[5] Kedua karya Hobbes yang berikutnya, "De Cive" dan "Leviathan", mengembangkan lebih lanjut pemikiran dalam buku tersebut, meskipun esensi ketiganya sama.[5]
Pada tahun 1640, Hobbes mulai mempertimbangkan untuk tinggal di Paris dengan alasan keselamatan dirinya dan untuk lebih merangsang pemikirannya.[5] Akan tetapi, apa yang menjadi alasan langsung dari kepergian Hobbes dari Inggris menuju Perancis adalah debat yang terjadi di parlemen pada tanggal 7 November 1640.[5] Di sana, para anti-monarki mulai menyuarakan penentangan terhadap orang-orang yang pro-monarki dan mendukung kekuasaan absolut.[5] Karena Hobbes kuatir akan dipanggil untuk mempertanggungjawabkan "Elemen-Elemen Hukum", akhirnya ia pergi ke Paris.[5]
Selama periode 1640-an, Hobbes lebih banyak memberikan perhatian kepada fisika, metafisika, dan teologi ketimbang filsafat politik.[5] Pada tahun 1642-1643, Hobbes menulis karya yang melawan pandangan seorang filsuf Aristotelian Katolik yang bernama Thomas White[5] Kemudian pada tahun 1645, Hobbes berpolemik dengan seorang teolog Gereja Anglikan yang juga bernama John Bramhall mengenai hakikat kehendak bebas.[5] Polemik yang terjadi cukup panjang dan memakan waktu yang cukup lama.[5]
Pada tahun 1646, Hobbes diminta untuk menjadi pengajar matematika bagi Pangeran Charles II, anak dari Raja Charles I.[5] Pekerjaan tersebut membawa Hobbes berhubungan lebih intensif dengan para politisi, pejabat istana, dan pejabat-pejabat gerejawi, yang semuanya merupakan pihak-pihak yang pro-monarki.[5] Situasi tersebut membuat Hobbes kembali memasuki bidang politik.[5] Karya Hobbes yang berjudul "Leviathan" diterbitkan di Inggris dengan bantuan seorang temannya, pada bulan April 1651.[5]
Pada tahun 1648, Hobbes mulai merencanakan untuk kembali ke Inggris.[5] Beberapa lama kemudian, situasi politik Inggris telah berubah karena pada tahun 1649 Raja Charles I dieksekusi.[5] Di Perancis, situasi Hobbes juga berubah sebab Mersenne telah meninggal dunia, dan Gassendi, seorang sahabat lain Hobbes, pindah ke Perancis selatan.[5] Buku "Leviathan" yang ditulis oleh Hobbes dapat dilihat sebagai pergeseran pandangan politiknya ke arah yang lebih netral, sebab di situ ia tidak dengan terang-terangan mengaku diri pro-monarki, melainkan berbicara soal kekuasaan saja.[5] Sebaliknya, pandangan Hobbes soal agama di dalam buku "Leviathan" membuat Hobbes memiliki masalah dengan orang-orang di sekitar Charles II, khususnya kaum agamawan.[5] Hobbes terancam untuk dibawa ke pengadilan, dan beberapa waktu kemudian para pejabat gerejawi Perancis memutuskan untuk membawa Hobbes ke pengadilan.[5] Karena itu, Hobbes melarikan diri dari Perancis pada pertengahan bulan Desember 1651, menuju ke Inggris.[5]
Selain kaum agamawan, grup lain yang merasa terganggu dengan buku "Leviathan" adalah kaum akademisi dari universitas-universitas.[5] Hal itu menyebabkan Hobbes mendapat kritik dari kalangan akademisi.[5] Salah satu akademisi yang mengkritik Hobbes adalah John Wallis.[5] Mereka terlibat di dalam polemik dalam bidang matematika selama hampir dua puluh tahun.[5]
Pada era 1660-an, Hobbes mendapat tekanan dari pihak agamawan karena pandangannya tentang agama.[5] Pada awal tahun 1660-an ada rumor yang mengatakan beberapa Uskup Gereja Anglikan akan menetapkan pandangan Hobbes sebagai sesat.[5] Selain itu, pada tahun 1666, komite Dewan Rakyat (House of Commons) didesak untuk menginvestigasi buku "Leviathan".[5]
Hobbes merespons tekanan yang muncul dengan menerbitkan tulisan-tulisan pada akhir dekade 1660-an yang secara terbuka mempertahankan dirinya dari segala kritik mengenai keimanan Hobbes.[5] Beberapa tulisan tersebut, termasuk biografi singkat Hobbes, adalah "Mempertimbangkan Ulang Tuan Hobbes", penambahan apendiks kepada terjemahan bahasa Latin dari "Leviathan" yang mempertahankan karya tersebut dari tuduhan sesat pada tahun 1668, sebuah oto-biografi dalam bahasa Latin pada tahun 1679, dan sebuah karya tentang polemik sejarah gereja dalam bahasa Latin berjudul "Historia ecclesiastica" pada tahun 1688.[5]
Kendati Hobbes memiliki pengikut setia di Inggris, namun ia lebih dihormati dan memiliki pengaruh di Perancis.[5] Ia dianggap sebagai salah satu filsuf terbesar yang pernah ada, dan buku "Leviathan" menjadi terkenal di sana.[5]
Hobbes meninggal pada tanggal 4 Desember 1679.[5] Ia mengidap sakit serius sejak bulan Oktober dan seminggu sebelum meninggal ia terkena stroke.[5] Hobbes dimakamkan di Hault Hukcnall, dekat Hardwick Hall.[5] Di atas batu nisannya, terdapat perkataan yang ditulis oleh Hobbes sendiri: "Dia dalah seorang ahli, dan karena reputasinya dalam banyak ilmu, ia dikenal luas baik di dalam negeri maupun luar negeri." [5]
Pada tahun 1603-1608, Hobbes belajar di Magdalen Hall, Oxford pada usia 14 tahun.[1] Menurut kesaksian pribadi Hobbes, ia tidak menyukai pelajaran fisika dan logika Aristoteles.[5] Ia lebih suka membaca mengenai eksplorasi terhadap penemuan tanah-tanah baru serta mempelajari peta-peta bumi dan bintang-bintang.[5] Karena itulah, astronomi adalah bidang sains yang mendapat perhatian dari Hobbes, dan terus digeluti oleh Hobbes.[5] Kemudian pada masa kemudian, Hobbes juga menyesali karena ia tidak mempelajari matematika saat menempuh pendidikan di Oxford.[5]
B. Pekerjaan di Inggris
Setelah menempuh pendidikan, Hobbes mendapat pekerjaan sebagai pengajar keluarga bangsawan, yakni keluarga Cavendish.[5] Murid Hobbes adalah William Cavendish yang merupakan pewaris keluarga tersebut.[5] Selain sebagai guru, Hobbes juga berperan sebagai sekretaris, teman, dan bendahara dari William Cavendish.[5]Pada tahun 1614-1615, Hobbes dan William melakukan perjalanan ke Perancis dan Italia, di mana keduanya mempelajari bahasa Italia.[5] Sepulangnya ke Inggris pada tahun 1616, Cavendish berhubungan dengan Francis Bacon dan Hobbes sempat melakukan beberapa pekerjaan sekretariat untuk Bacon.[5] Bersama dengan William, Hobbes berkenalan dengan dunia politik, baik dalam pemikiran maupun praktik.[5] William pada tahun 1614 dan 1621 merupakan anggota parlemen sehingga Hobbes dipastikan turut serta dalam sidang-sidang parlemen.[5]
William Cavendish meninggal pada tahun 1628, dan saat itu Hobbes telah menyelesaikan terjemahan dari Thucydides.[5] Karya Hobbes tersebut merupakan karya ilmiah yang berharga sebab merupakan karya pertama yang merupakan terjemahan bahasa Inggris langsung dari bahasa Yunani.[5] Selain itu, di dalamnya terdapat peta dari dunia Yunani kuno yang dikumpulkan dari banyak sumber dan digambar oleh Hobbes sendiri.[5] Di dalam karya tersebut, Hobbes memperlihatkan sikapnya yang pro terhadap monarki Inggris dan tidak begitu menyukai sistem demokrasi.[5] Di dalam oto-biografinya, Hobbes mengatakan bahwa Thucydides adalah sejarawan favoritnya sebab "ia memperlihatkan betapa tidak kompetennya sistem demokrasi".[5]
Setelah kematian William, Hobbes berhenti dari pekerjaannya di keluarga Cavendish selama dua tahun.[5] Pada waktu tersebut. ia bekerja lagi sebagai guru dari anak bangsawan.[5] Pada tahun 1629 hingga 1630, Hobbes dan muridnya melakukan perjalanan ke Perancis dan Swiss.[5] Di Jenewa, selama bulan April hingga Juni tahun 1630, Hobbes mulai membaca buku Eukleides yang berjudul "Elemen-Elemen" dan tertarik atas metode deduktif Eukleides.[5]
Setelah kembali ke Inggris, pada tahun 1631, Hobbes kembali bekerja pada keluarga Cavendish untuk menjadi guru dari anak William.[5] Pada waktu inilah, Hobbes menghabiskan waktu untuk mempelajari matematika dan bidang-bidang sains lainnya.[5]
Periode 1630-an adalah tahun-tahun yang penting di dalam perkembangan intelektual Hobbes.[5] Di periode inilah perhatian Hobbes terhadap sains, khususnya optik, mulai berkembang.[5] Selain itu, pemikiran filsafat politik Hobbes juga mulai berkembang, sebagaimana terlihat dari buku "Elemen-Elemen Hukum" yang dikeluarkannya pada akhir dekade 1630-an.[5]
Pada tahun 1634, Hobbes dan muridnya kembali melakukan perjalanan ke Eropa Daratan, yakni Perancis dan Italia.[5] Perjalanan tersebut memberi pengaruh besar terhadap perkembangan intelektual Hobbes sebab ia berkenalan dengan ilmuwan dan matematikawan dari Perancis.[5] Di dalam oto-biografinya, Hobbes mengatakan bahwa ia telah mempelajari prinsip-prinsip dari ilmu alam di Perancis.[5]
Setelah Hobbes kembali ke Inggris pada bulan Oktober 1636, ia banyak menggunakan waktunya untuk karya-karya filsafat.[5] Hal tersebut dikarenakan muridnya sudah mulai dewasa sehingga Hobbes memiliki banyak waktu luang.[5] Salah satu karya sains-filsafat Hobbes yang paling awal adalah sebuah manuskrip tentang optik yang berjudul "Latin Optical MS".[5] Karya tersebut telah selesai dikerjakan pada tahun 1640.[5] Hobbes juga menulis manuskrip lain tentang metafisika dan epistemologi.[5]
Pekerjaan Hobbes dalam bidang sains dan metafisika terhenti pada akhir dekade 1630-an karena situasi politik.[5] Pada tahun 1637, kekuasaan absolut Raja Charles I mulai dipersoalkan.[5] Hobbes memperlihatkan dukungan kepada raja dengan mendedikasikan buku "Elemen-Elemen Hukum" untuk menjawab persoalan kekuasaan absolut.[5] Kedua karya Hobbes yang berikutnya, "De Cive" dan "Leviathan", mengembangkan lebih lanjut pemikiran dalam buku tersebut, meskipun esensi ketiganya sama.[5]
Pada tahun 1640, Hobbes mulai mempertimbangkan untuk tinggal di Paris dengan alasan keselamatan dirinya dan untuk lebih merangsang pemikirannya.[5] Akan tetapi, apa yang menjadi alasan langsung dari kepergian Hobbes dari Inggris menuju Perancis adalah debat yang terjadi di parlemen pada tanggal 7 November 1640.[5] Di sana, para anti-monarki mulai menyuarakan penentangan terhadap orang-orang yang pro-monarki dan mendukung kekuasaan absolut.[5] Karena Hobbes kuatir akan dipanggil untuk mempertanggungjawabkan "Elemen-Elemen Hukum", akhirnya ia pergi ke Paris.[5]
C. Di Paris
Di Paris, Hobbes dengan cepat menyatu dengan situasi intelektual di sana karena dibantu oleh rekannya Mersenne.[5] Pada tahun 1642, Mersenne juga membatu penerbitan karya Hobbes "De Cive".[5] Melalui buku tersebut, Hobbes mengukuhkan diri sebagai penulis dalam bidang politik yang memiliki reputasi di seluruh Eropa.[5] Tidak lama kemudian, Mersenne juga membantu penerbitan beberapa contoh karya Hobbes dalam bidang fisika dan optik di dalam dua volume buku kompilasi pada tahun 1644.[5] Judul dari kedua karya Hobbes tersebut adalah "Cogitata physico-mathematica" dan "Universae".[5] Melalui Mersenne juga, Hobbes dapat berkenalan pada awal tahun 1640-an dengan para filsuf dan ilmuwan Perancis.[5]Selama periode 1640-an, Hobbes lebih banyak memberikan perhatian kepada fisika, metafisika, dan teologi ketimbang filsafat politik.[5] Pada tahun 1642-1643, Hobbes menulis karya yang melawan pandangan seorang filsuf Aristotelian Katolik yang bernama Thomas White[5] Kemudian pada tahun 1645, Hobbes berpolemik dengan seorang teolog Gereja Anglikan yang juga bernama John Bramhall mengenai hakikat kehendak bebas.[5] Polemik yang terjadi cukup panjang dan memakan waktu yang cukup lama.[5]
Pada tahun 1646, Hobbes diminta untuk menjadi pengajar matematika bagi Pangeran Charles II, anak dari Raja Charles I.[5] Pekerjaan tersebut membawa Hobbes berhubungan lebih intensif dengan para politisi, pejabat istana, dan pejabat-pejabat gerejawi, yang semuanya merupakan pihak-pihak yang pro-monarki.[5] Situasi tersebut membuat Hobbes kembali memasuki bidang politik.[5] Karya Hobbes yang berjudul "Leviathan" diterbitkan di Inggris dengan bantuan seorang temannya, pada bulan April 1651.[5]
Pada tahun 1648, Hobbes mulai merencanakan untuk kembali ke Inggris.[5] Beberapa lama kemudian, situasi politik Inggris telah berubah karena pada tahun 1649 Raja Charles I dieksekusi.[5] Di Perancis, situasi Hobbes juga berubah sebab Mersenne telah meninggal dunia, dan Gassendi, seorang sahabat lain Hobbes, pindah ke Perancis selatan.[5] Buku "Leviathan" yang ditulis oleh Hobbes dapat dilihat sebagai pergeseran pandangan politiknya ke arah yang lebih netral, sebab di situ ia tidak dengan terang-terangan mengaku diri pro-monarki, melainkan berbicara soal kekuasaan saja.[5] Sebaliknya, pandangan Hobbes soal agama di dalam buku "Leviathan" membuat Hobbes memiliki masalah dengan orang-orang di sekitar Charles II, khususnya kaum agamawan.[5] Hobbes terancam untuk dibawa ke pengadilan, dan beberapa waktu kemudian para pejabat gerejawi Perancis memutuskan untuk membawa Hobbes ke pengadilan.[5] Karena itu, Hobbes melarikan diri dari Perancis pada pertengahan bulan Desember 1651, menuju ke Inggris.[5]
D. Kembali ke London
Sepulangnya ke Inggris, Hobbes menetap di London dan kembali ke pekerjaannya dahulu, yakni menjadi pengajar di keluarga bangsawan.[5] Nama buruk yang akan diterima Hobbes karena "Leviathan" tidak dengan segera muncul.[5] Kebanyakan pembaca awal dari buku tersebut cukup terkejut dengan isinya tentang agama, namun tidak segera menyuarakannya.[5]Selain kaum agamawan, grup lain yang merasa terganggu dengan buku "Leviathan" adalah kaum akademisi dari universitas-universitas.[5] Hal itu menyebabkan Hobbes mendapat kritik dari kalangan akademisi.[5] Salah satu akademisi yang mengkritik Hobbes adalah John Wallis.[5] Mereka terlibat di dalam polemik dalam bidang matematika selama hampir dua puluh tahun.[5]
Pada era 1660-an, Hobbes mendapat tekanan dari pihak agamawan karena pandangannya tentang agama.[5] Pada awal tahun 1660-an ada rumor yang mengatakan beberapa Uskup Gereja Anglikan akan menetapkan pandangan Hobbes sebagai sesat.[5] Selain itu, pada tahun 1666, komite Dewan Rakyat (House of Commons) didesak untuk menginvestigasi buku "Leviathan".[5]
Hobbes merespons tekanan yang muncul dengan menerbitkan tulisan-tulisan pada akhir dekade 1660-an yang secara terbuka mempertahankan dirinya dari segala kritik mengenai keimanan Hobbes.[5] Beberapa tulisan tersebut, termasuk biografi singkat Hobbes, adalah "Mempertimbangkan Ulang Tuan Hobbes", penambahan apendiks kepada terjemahan bahasa Latin dari "Leviathan" yang mempertahankan karya tersebut dari tuduhan sesat pada tahun 1668, sebuah oto-biografi dalam bahasa Latin pada tahun 1679, dan sebuah karya tentang polemik sejarah gereja dalam bahasa Latin berjudul "Historia ecclesiastica" pada tahun 1688.[5]
E. Akhir Hidup
Pelbagai publikasi yang dilakukan Hobbes (dengan ditambah karya-karya lain tentang matematika dan terjemahan Iliad dan Odyssey karya Homeros dalam bahasa Inggris) membuktikan produktivitas Hobbes pada usia yang semakin lanjut.[5] Hobbes berusia 63 tahun ketika "Leviathan" diterbitkan, dan ia terus menulis hingga umur 91 tahun ketika ia meninggal.[5] Hobbes hidup bersama keluarga Cavendish yang memberinya perlindungan dam keamanan.[5] Kemudian saat Charles II, mantan muridnya, mendapatkan kekuasaan di Inggris, Hobbes mendapat pengampunan karena ia lari ke Inggris dan berpihak ke kubu anti-monarki.[5]Kendati Hobbes memiliki pengikut setia di Inggris, namun ia lebih dihormati dan memiliki pengaruh di Perancis.[5] Ia dianggap sebagai salah satu filsuf terbesar yang pernah ada, dan buku "Leviathan" menjadi terkenal di sana.[5]
Hobbes meninggal pada tanggal 4 Desember 1679.[5] Ia mengidap sakit serius sejak bulan Oktober dan seminggu sebelum meninggal ia terkena stroke.[5] Hobbes dimakamkan di Hault Hukcnall, dekat Hardwick Hall.[5] Di atas batu nisannya, terdapat perkataan yang ditulis oleh Hobbes sendiri: "Dia dalah seorang ahli, dan karena reputasinya dalam banyak ilmu, ia dikenal luas baik di dalam negeri maupun luar negeri." [5]
Sumber :
http://www.anekamakalah.com/